99% Pil Ekstasi yang Beredar Ternyata Palsu

Posted on 00.23 by dark boys

Kota Makassar dianggap sebagai salah satu daerah lalu lintas peredaran narkoba di kawasan timur Indonesia (KTI).Letaknya yang sangat strategis menjadikan kota ini menjadi lokasi empuk bagi jaringan pengedar barang haram itu.

MESKI belum ada fakta yang menyebutkan jika Kota Daeng ini dijadikan sebagai pabrik pembuatan narkotika, temuan aparat kepolisian terhadap sebuah industri rumahan pembuatan pil ekstasi di Kabupaten Maros pada 2008 lalu, menjadi bukti bahwa kota ini menjadi basis peredaran narkotika di Indonesia.

Dalam penggerebekan petugas Satuan Narkoba Polwiltabes Makassar saat itu, disita beberapa barang bukti berupa beberapa alat pencetak ekstasi, 2 kotak pengering, 3 buah senapan angin,10 butir pil ekstasi jenis Love dan CC, serta beberapa serbuk bahan pembuatan narkoba. Bahkan dalam sehari, pabrik tersebut mampu memproduksi 300 butir pil ineks. ”Ini bisa menjadi bukti kalau kota ini sudah dijadikan sebagai tempat memproduksi ekstasi.

Selain alat pencetakannya yang murah, bahan-bahan yang digunakannya pun tergolong berbahaya bagi kesehatan,”ungkap Kasat Narkoba Polwiltabes Makassar AKBP Hasbih Hasan. Tetapi,jangan salah dulu.Fakta yang ditemukan aparat kepolisian menyebutkan bahwa sebagian besar pil ekstasi yang beredar di kota metropolitan ini merupakan hasil racikan para pelaku pengedaran narkotika.Alhasil kandungan dan zat yang berada di dalam barang haram itu sudah tidak murni lagi.

”Memang banyak yang disita polisi barang bukti pil ekstasi dari kaki tangan bandar.” ”Namun, setelah melalui tes uji laboratorium, hampir 99 % ineks yang beredar itu ternyata hasil racikan dan palsu,” ungkap Perwira Menengah (Pamen) Polri ini kepada Seputar Indonesia kemarin. Mantan Tenaga Pendidik (Gadik) Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Makassar ini menuturkan, modus dalam memproduksi pil setan ini,yakni dengan membeli satu butir pil ineks yang asli kemudian diracik menggunakan zat-zat berbahaya, kemudian dipecah menjadi 10 butir sehingga kandungannya tidak utuh lagi.

Dari hasil racikan itu, para pelaku bisa memperoleh keuntungan hingga belasan juta rupiah. Meskipun tidak asli lagi, dengan mencampurkan bahan pembuatan yang murah, pil setan yang diedarkan sampai ke tangan penikmat ineks itu tetap mengandung zat pritropika, tapi rendah. ”Bayangkan saja kalau sebutirnya pil yang asli itu hanya Rp250.000.Kemudian dipecah lagi menjadi 10 butir lalu dijual kepada pecandu narkoba seharga Rp200.000 hingga Rp300.000 per butir,”paparnya.

Dia juga mengakui pemberantasan narkoba saat ini seperti menegakkan “benang basah” alias sulit sekali. Sebab, saat pihaknya menemukan kasus kakap peredaran dan jaringan narkoba, tidak lama berselang ditemukan lagi peredaran dan jaringan narkoba yang lebih besar lagi. Anehnya lagi, para pelaku bukan orang yang sama. Seolah-olah aparat kepolisian berkejar-kejaran dengan jaringan narkoba yang senantiasa tumbuh kembali dan cepat berkembang.

Adapun saat ini narkoba semakin akrab dengan kehidupan kita. Jaringan peredaran barang haram ini bahkan merambah ke segala lini kehidupan masyarakat dengan jumlah kerugian, bahkan kerusakan yang tidak sedikit. Tidak hanya itu, saat ini narkoba telah merambah ke seluruh lapisan masyarakat, baik anak kecil hingga dewasa, dari yang pengangguran hingga kantoran,bahkan dari rakyat biasa hingga pejabat negara.

Memahami Sabu-sabu

Posted on 00.18 by dark boys

Amfetamin ditemukan pada akhir 1800-an, namun baru dipasarkan pada
1930-an, waktu Benzedrin dikenalkan oleh industri farmasi untuk
mengobati darah rendah. Deksedrin dikenalkan pada 1950-an untuk menekan
kelaparan dan meningkatkan suasana hati. Merek amfetamin lain, seperti
Metedrin, Deksamil dan Benzedrin, kemudian membanjiri pasaran.

Pada 1960-an, tampaknya semuanya 'memakan sang putih/bennies dan doing
speed' (semuanya istilah slang untuk memakai perangsang jenis
amfetamin). Biasanya orang tersebut termasuk dua kategori: mereka
senang upper (perangsang) atau downer (depresan, seperti heroin).

Metamfetamin (meth) dan kokain lagi in dari akhir 1960-an hingga akhir
1980-an. Dan ada beberapa bentuk meth dan kokain yang dikenal,
misalnya, sebagai Crank, Speed, Bennies, Rock, Kristal, dan Crack.

Pada awal 1990-an, satu bentuk metamfetamin lagi, dikenal sebagai
Kristal Meth atau Ice, dan di Indonesia sebagai sabu-sabu, sampai ke
jalanan di seluruh dunia. Sabu-sabu dua sampai tiga kali lebih manjur
daripada sebagian besar amfetamin lain. Sabu-sabu membangkitkan secara
dramatis 'pasaran speed'. Sabu-sabu tahan lebih lama dan menimbulkan
giting jauh lebih baik dibanding sebagian besar bentuk speed lain.
Sabu-sabu mengambil alih sebagai narkoba pilihan untuk mereka yang
senang suasana speed. Penggunaan, dan penyalahgunaan, sabu-sabu makin
meningkat selama satu dasawarsa penuh. Sabu-sabu selalu dianggap
narkoba ilegal yang sangat berbahaya dan merusak.

Sabu-sabu populer karena banyak alasan. Para pengguna menegaskan
sabu-sabu memberikan mereka lebih banyak tenaga dan kekuatan, membuat
mereka tahan tidak tidur selama 24 hingga 48, bahkan 72 jam. Mereka
menyatakan sabu-sabu memberikan pengalaman seks lebih lama dan lebih
baik, dan narkoba ini sangat populer di antara orang gay di AS.
Dikatakan sabu-sabu membantu mereka berpikir lebih jelas, dan menjadi
lebih lihai. Amfetamin dan metamfetamin sering dipakai di 'lingkungan
medis' untuk membantu para perempuan menghilangkan berat badan. Dan ada
mitos umum di Indonesia bahwa memakai sabu-sabu adalah cara terbaik
mengatasi kecanduan heroin. Kerap kali ini adalah beberapa dari banyak
alasan penggunaan dan penyalahgunaan sabu-sabu. Masalahnya, hanya
sedikit orang benar-benar memahami kerugian dari sabu-sabu.

Umumnya orang-orang yang memakai kombinasi upper dan downer, yakni,
speedballing (pemakaian kombinasi metamfetamin dan heroin) setahu kami,
belum menjadi kegemaran di Indonesia.

Metamfetamin sampai ke jalanan Indonesia pada 1996, dan sejak itu
menjadi semakin populer dengan 'kebudayaan narkoba'. Umumnya sabu-sabu
dihisap. Tetapi makin banyak orang cenderung shoot (menyuntik)
sabu-sabu saat ini.

Sabu-sabu, seperti heroin, dapat dihisap, diendus atau disuntikkan.
Sabu-sabu bentuk cairan yang dapat disuntikkan jarang tersedia di
Indonesia, walaupun amfetamin cair mudah diperoleh. Namun hampir pasti
sabu-sabu bentuk cairan yang dapat disuntik akan segera
berlimpah-limpah. Peningkatan dalam penyuntikan yang diakibatkannya
akan meningkatkan risiko dan penyebaran HIV dan virus hepatitis C (HCV)
besar-besaran di seluruh negara.

Kita harus sadar bahwa dunia saat ini juga berada dalam 'Kebudayaan
Narkoba'. Banyak orang, dengan kelompok usia dari yang muda hingga
orang dewasa dan bahkan lanjut usia, memakai narkoba, menyalahgunakan
narkoba dan ketergantungan pada narkoba. Dan ada hanya sedikit
perbedaan jender dalam dunia narkoba sekarang--perempuan sama terpukul
seperti lelaki.

Sabu-sabu jauh lebih berbahaya dalam beberapa cara daripada heroin
(putaw). Penggunaan dan penyalahgunaan sabu-sabu jangka panjang
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat, mengakibatkan depresi
dan kelemahan, keracunan pada jantung dan pembuluh darah, dan sangat
sering mengakibatkan paranoia tinggi dan parah. Kecenderungan depresi
sifat bunuh diri sangat umum pada orang yang memakai sabu-sabu.
Overdosis memang terjadi, dan orang memang bisa meninggal dunia karena
sabu-sabu, walaupun putaw masih penyebab utama overdosis narkoba.

Kekerasan dan perilaku brutal jauh lebih lazim dengan sabu-sabu
daripada putaw. Kami mengamati peningkatan dalam peristiwa kekerasan
terkait sabu-sabu di Indonesia saat ini--dan kami cemas ini akan
meningkat secara bermakna pada tahun-tahun mendatang.

Detoksifikasi dari sabu-sabu memerlukan beberapa hari lebih lama
daripada putaw. Dalam lingkungan lumayan, dan dibantu oleh orang yang
sungguh-sungguh memahami proses detoksifikasi, detoksifikasi tahap
pertama dari sabu-sabu kurang-lebih 5-8 hari.

Peringatan! Detoksifikasi cepat dengan naltrekson tidak boleh dipakai
dengan pecandu sabu-sabu--naltrekson tidak ada efek pada narkoba
non-opioid seperti sabu-sabu.

Sabu-sabu sekarang dibuat di Indonesia! Narkoba ini mudah terjangkau di
seluruh sistem pendidikan Indonesia, dari tingkat SLTP ke atas di pulau
Jawa. Sabu-sabu sekarang mudah dicari di hampir seluruh Tanah Air,
karena narkoba ini mengikuti jalur perdagangan yang sama seperti putaw.

Marijuana

Posted on 00.15 by dark boys

Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.

Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Diantara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir diantara para pengguna tertentu.

Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi.

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas), juga di pengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreatifitas adalah hasil silangan modern "Cannabis indica" yang berasal dari India dengan "Cannabis sativa" dari Barat, dimana jenis Marijuana silangan inilah yang merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia.

Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam golongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin). Marijuana, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu. (dari berbagai sumber)

[sunting] Pemanfaatan

Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak.

Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan.

Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali.

Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan.

Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.

Budidaya

Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.